^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Padre Pio: Seorang Imam Katolik yang melakukan mukjizat-mukjizat dan mendapatkan luka-luka Yesus Kristus di badannya
Download Buku Ini (PDF) - Klik Link Ini
Padre Pio adalah seorang imam Kapusin Fransiskan yang mendapatkan lima luka Yesus Kristus di badannya secara kelihatan lebih dari lima puluh tahun. Padre Pio juga dapat melihat masa depan, membaca pikiran orang; ia adalah seorang nabi, pembuat mukjizat, pengaku iman, mistik, petapa, dan misionaris dalam skala yang mendunia.[1] Ratusan buku dan artikel telah ditulis tentang Padre Pio. Artikel-artikel yang panjang tentangnya telah tampil di banyak majalah termasuk Newsweek, Time, dan The New York Times Magazine.[2]
Padre Pio menunjukkan stigmatanya atas perintah atasannya di tahun 1918
Peristiwa di mana ia mendapatkan Stigmata
Mendapatkan stigmata berarti memiliki di badan ‘tanda-tanda yang menyerupai luka-luka di badan Kristus yang disalibkan’.[3] Hanya terdapat sekitar enam puluh kejadian stigmata yang diterima di dalam sejarah Gereja Katolik.[4]
Padre Pio adalah imam pertama di dalam sejarah Gereja Katolik yang mendapatkan stigmata yang kelihatan selama lebih dari lima puluh tahun, dan ia kehilangan begitu banyak darah selama bertahun-tahun sehingga menurut ilmu pengetahuan medis, ia tidak akan dapat bertahan hidup begitu lama – tentunya tidak selama lima puluh tahun.[5]
Tangan kanan Padre Pio yang berstigmata
Sebenarnya Padre Pio menerima stigmata yang tidak kelihatan pada tanggal 14 Agustus 1910.[6] Padre Pio berdoa agar stigmatanya akan tetap tidak kelihatan dan tetap tersembunyi dari mata orang-orang.[7] Tetapi pada tanggal 20 September 1918, sewaktu ia mengucap syukur setelah Misa, ia menerima stigmata yang kelihatan. Ia diperintahkan oleh pembimbing rohaninya untuk menggambarkan segala hal yang terjadi pada hari itu. Padre Pio menggambarkan peristiwa itu:
“...Saya melihat seorang pengunjung yang misterius di depan mata saya... kaki dan sisi badannya bersimbahkan darah. Penglihatan tersebut menakutkan saya... Lalu penglihatan akan pengunjung tersebut menghilang, dan saya melihat bahwa tangan, kaki, dan sisi badan saya tertusuk dan bersimbahkan darah. Anda akan membayangkan rasa sakit yang saya rasakan pada waktu itu dan yang saya terus alami hampir setiap hari secara terus-menerus.[8] Luka di hati terus berdarah terutama dari Kamis sore sampai Sabtu. Romo yang terhormat, saya sekarat akibat rasa sakit dari luka ini yang begitu memalukan... Saya akan mengeraskan suara saya dan tidak akan berhenti untuk memohon-Nya sampai di dalam belas kasih-Nya, Ia menghapuskan, bukan luka ataupun rasa sakitnya, yang tidaklah mungkin karena saya ingin tenggelam di dalam rasa sakit, tetapi tanda-tanda yang kelihatan ini yang sangat memalukan dan begitu hina.”[9]
Kaus kaki Padre Pio yang bernodakan darah
Stigmatanya adalah luka-luka yang begitu dalam di tengah-tengah tangan dan kaki dan sisi kiri badannya. Tangan dan kakinya tertusuk dari satu sisi ke sisi lain; anda bahkan dapat melihat cahaya lewat lapisan yang menutupi luka-lukanya. Ia mengenakan sarung tangan yang hanya menutupi telapak tangannya (kecuali pada saat Misa), dan stocking di kakinya.[10] Selama bertahun-tahun, ribuan orang melihat luka-luka Padre Pio pada Misa-misanya.[11] Kain pembalut luka yang menutupi luka di sisi badannya bersimbahkan darah pada malam hari, dan harus digantikan pada pagi berikutnya. Stigmatanya diamati oleh para dokter beberapa kali. Kesimpulan yang objektif yang dicapai oleh para dokter adalah bahwa luka-luka tersebut tidak dapat dijelaskan. Tanpa izin secara langsung dari para atasannya, tidak seorang pun dapat melihat luka-lukanya.[12]
Dr. Bignami meneliti luka-lukanya tidak lama setelah Padre Pio menerima luka-luka tersebut. Ia berkata: “...Saya tidak mengerti bagaimana luka-luka ini tetap ada selama hampir satu tahun sekarang tanpa membaik ataupun memburuk.”[13]
Fakta yang mendukung kesimpulan para dokter, bahwa kehadiran stigmata tersebut tidak dapat dijelaskan dan adalah suatu mukjizat, adalah bahwa Padre Pio telah melalui operasi untuk hernia dan kista. Kondisi-kondisi tersebut sembuh secara normal, tetapi stigmatanya tidak sembuh secara normal.[14] Yang mengherankan adalah bahwa luka-luka Padre Pio di tangannya sering terbuka dan terpaparkan udara luar, tetapi tetap tidak terinfeksi. Setiap hari ia kehilangan sekitar secangkir darah dari lukanya di sisi badannya yang selalu ditutupi oleh kain linen.[15]
Seorang dokter lain, Dr. Sanguinetti, berkata kepada seorang teman: “Jika anda atau saya mengalami sepersepuluh kesakitan yang dialami Padre Pio dari luka-lukanya, kita akan mati.”[16]
Padre Pio ditanyakan mengapa luka di sisi badannya terletak di tempat yang sedikit berbeda dari tempat luka Tuhan kita. Ia menjawab: “Berlebihan, jika persis seperti luka-luka Tuhan.”[17] Di samping stigmata tersebut, Padre Pio menderita mahkota duri dan pencambukan hampir sekali setiap minggu.[18]
Darah di sekitar stigmata Padre Pio kadangkala mengeluarkan bau yang harum “bagaikan perpaduan bunga violet dan mawar.” Seorang dokter menambahkan, “Seseorang harus mempertimbangkan bahwa dari segala bagian organisme manusia, darah adalah yang paling cepat untuk membusuk. Di dalam kasus apa pun, darah tidak pernah mengeluarkan bau yang harum.”[19]
Mukjizat bau harum tersebut juga dapat tercium dari benda-benda yang dimiliki Padre Pio dan beberapa benda yang disentuhnya. Beberapa orang yang berbakti kepada Padre Pio telah mencium bau yang harum, mawar, bunga-bunga liar, atau harum asap cerutu. Mereka percaya bahwa hal tersebut menandakan kehadirannya, suatu peringatan atau pesan.
Di dalam arsip Bruderan Our Lady of Grace, terdapat bervolume-volume kesaksian-kesaksian dari lebih dari seribu orang yang berbeda yang divonis tidak dapat disembuhkan oleh dokter, tetapi disembuhkan dari penyakit-penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan dampak-dampak dari cedera yang melumpuhkan lewat perantaraan Padre Pio.[20] Padre Pio juga menyebabkan konversi banyak orang yang tidak percaya, ateis dan agnostik – dan orang-orang yang mengaku diri Katolik, tetapi telah merosot di dalam praktik Iman.[21]
Masa kecil Padre Pio
Ibu dari Padre Pio melahirkan delapan orang anak, tiga dari antaranya mati pada usia dini.[22] Padre Pio lahir pada tanggal 25 Mei 1887, ia dinamakan Francesco Forgione, dan dibaptis pada hari berikutnya.[23] Pada usia lima tahun, Francesco begitu sensitif akan hal-hal yang berkenaan dengan Allah. Pada waktu ini, ia mulai mengalami penglihatan – penglihatan akan hal-hal yang suci dan juga hal-hal yang jahat. Penglihatan hal-hal jahat yang begitu menyeramkan tersebut menakutkannya dan membuatnya menangis.[24] Francesco (Padre Pio) tidak menyukai bermain di luar bersama anak-anak seusianya karena katanya, “Mereka tidak jujur; mereka menggunakan bahasa yang kotor, dan mereka mengumpat.”[25]
Sebagai seorang anak, Francesco tafakur dan patuh. Pada usia lima tahun, ia berkata bahwa ia telah berikrar kepada St. Fransiskus dari Assisi; pada usia sembilan tahun, ibunya menemukan bahwa ia telah mencoba untuk tidur di lantai yang keras dan dingin, berbantalkan batu.[26] Sebagai seorang anak, Francesco membiasakan diri, sewaktu ia dikelilingi anak-anak perempuan, untuk mengendalikan matanya dengan sopan, menundukkan kepalanya, berlaku dengan sangat diam, dan menghindari untuk menjadi terlalu akrab dengan mereka.[27] Setiap malam, keluarga Padre Pio berdoa rosario bersama. Rosario memiliki tempat yang khusus di dalam rumah mereka. Hal-hal lain dapat dikorbankan di dalam rumah mereka, selain Rosario.[28]
Suatu kali, Padre Pio sebagai seorang muda, ia melihat seorang anak perempuan yang ia kenal bekerja dengan jarumnya, untuk menjahit sebuah ikat pinggang di atas roknya. Ia berkata kepadanya: “Andrianella, hari ini kita tidak bekerja. Hari ini hari Minggu.” Dengan gusar, sang anak perempuan menjawab: “Anak kecil, kamu terlalu kecil untuk berkata seperti itu.” Francesco meninggalkannya, dan kembali dengan sebuah gunting. Ia lalu merenggut ikat pinggang yang telah dikerjakannya dan mencabik-cabiknya.[29]
Sewaktu Francesco Forgione (Padre Pio) berusia empat belas tahun (1901), ia dikirim untuk bekerja di dalam program sekolah menengah atas di bawah bimbingan Angelo Caccavo. Pada tahun 1902, Caccavo menugaskan Francesco untuk menulis suatu karangan yang berjudul “Jika Saya Seorang Raja”. Inilah yang dituliskan Francesco Forgione yang berumur lima belas tahun di bawah tema “Jika Saya Seorang Raja”:
“[Jika Saya Seorang Raja] Saya akan memerangi, pertama-tama perceraian, yang diinginkan begitu banyak orang jahat, dan membuat orang menghormati setinggi mungkin sakramen pernikahan. Apa yang terjadi kepada Julianus yang murtad {Kaisar Romawi dari abad ke-4} yang berani, yang tahu bagaimana mengendalikan diri sendiri, dan yang rajin, tetapi yang membuat suatu kesalahan besar dengan menolak Kekristenan, di mana ia telah dididik, karena ia memutuskan untuk menerima Paganisme? Hidupnya sia-sia karena ia tidak meraih hal apa pun kecuali gelar tercela yang murtad.”[30]
Pada tanggal 6 Januari 1903, Padre Pio memulai hidup sebagai biarawan Kapusin.[31] Kesehatannya begitu buruk sehingga profesor teologinya berkata kepadanya: “Kesehatanmu tidak baik, maka kamu tidak dapat menjadi seorang pengkhotbah. Harapan-harapan saya untukmu adalah agar kamu menjadi seorang pengaku iman yang agung dan yang bertanggung jawab.”[32]
Pernyataan ini adalah suatu nubuat, karena hal tersebut akan terpenuhi dengan suatu cara yang mengagumkan. Padre Pio ditahbiskan sebagai seorang imam Gereja Katolik pada tanggal 10 Agustus 1910.[33]
Berikut bagian-bagian dari buku Padre Pio:
Catatan kaki:
[1] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 24.
[2] Padre Pio. The Wonder Worker {Padre Pio. Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 1.
[3] The Oxford Illustrated Dictionary, Edisi Kedua, Clarendon Press, Oxford, England. hal. 832.
[4] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 130.
[5] Padre Pio. The Wonder Worker {Padre Pio. Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 27.
[6] Augustine McGregor, Padre Pio, His Early Years {Padre Pio, Tahun-tahun Awalnya}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 17.
[7] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 67.
[8] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 25.
[9] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 109.
[10] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 26.
[11] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 160.
[12] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 26.
[13] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 67.
[14] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 88.
[15] Radio Replies Press, Inc., Who is Padre Pio {Siapakah Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 9.
[16] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 143.
[17] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 63.
[18] Romo Alessio Parente, Send Me Your Guardian Angel {Utuslah Malaikat Pelindungmu}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 14.
[19] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 29.
[20] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 3.
[21] Bert Ghezzi, Mystics & Miracles {Mistik & Mukjizat}, Loyola Press, Chicago, IL. hal. 79.
[22] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 7.
[23] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., p.7.
[24] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 9.
[25] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 10.
[26] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, Barto, PA. hal. 12.
[27] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., hal. 29.
[28] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 8.
[29] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 9.
[30] Renzo Allegri, Padre Pio Man of Hope {Padre Pio Pria Penuh Pengharapan}, Servant Pub., Ann Arbor, MI. hal. 18-19.
[31] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 42.
[32] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 17.
[33] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 73.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...